Di era digital seperti sekarang, hampir semua aktivitas bisa menghasilkan uang. Termasuk lewat smartphone, kita bisa mendapatkan penghasilan tambahan hanya dengan mengunduh dan menggunakan berbagai aplikasi. Tapi kemudian muncul pertanyaan penting dari kalangan Muslim: aplikasi penghasil uang apakah halal atau tidak menurut ajaran Islam? Pertanyaan ini menjadi semakin relevan karena banyak orang mulai menggantungkan pemasukan tambahan dari aplikasi digital.
Beberapa aplikasi menjanjikan imbalan dari aktivitas seperti menonton video, mengisi survei, main game, membaca artikel, hingga mengundang teman menggunakan kode referral. Imbalan yang diberikan bisa berupa saldo e-wallet, uang tunai, atau voucher belanja. Namun, tidak semua model bisnis di balik aplikasi-aplikasi ini jelas dari sisi hukum syariah. Untuk itulah artikel ini hadir: membahas apa saja yang membuat aplikasi penghasil uang itu halal atau haram, serta tips memilih aplikasi agar penghasilan kita berkah dan sesuai tuntunan agama.
Sebelum masuk ke jenis aplikasinya, penting bagi kita memahami terlebih dahulu apa itu halal dan haram dalam konteks penghasilan. Dalam Islam, halal berarti sesuatu yang diperbolehkan secara syariat, sedangkan haram adalah sesuatu yang dilarang secara tegas. Dalam konteks ekonomi digital, penilaian ini tidak hanya didasarkan pada produk akhirnya (uang), tapi juga proses dan aktivitas yang mendatangkan uang tersebut.
Misalnya, jika sebuah aplikasi membayar kita karena kita menonton konten bermuatan negatif, maka penghasilannya bisa dikategorikan syubhat atau bahkan haram. Begitu juga dengan aplikasi yang keuntungannya bersumber dari iklan judi, pornografi, atau riba, tentu tidak dibenarkan secara syariat. Jadi meskipun aktivitasnya terlihat sepele seperti main game atau nonton video, penting sekali melihat lebih dalam ke sumber keuangan dan model bisnis si aplikasi tersebut.
Aplikasi penghasil uang sangat beragam jenisnya. Beberapa contoh populer meliputi:
Dari semua jenis itu, yang paling sering dipertanyakan dari sisi kehalalannya adalah aplikasi berbasis referral, karena sering dikaitkan dengan skema Ponzi atau MLM digital. Oleh karena itu, kita perlu menganalisis model bisnisnya secara lebih cermat.
Menurut penjelasan yang dikutip dari artikel NU Online dan situs Perqara, secara umum tidak ada larangan mutlak terhadap penggunaan aplikasi penghasil uang. Namun, kehalalannya tergantung dari empat hal:
Sebagai contoh, jika kamu dibayar karena menonton iklan, maka perlu dicek dulu: iklan apa yang ditampilkan? Kalau iklannya dari situs game judi, maka otomatis penghasilannya terkontaminasi dengan yang haram. Tapi kalau kamu dibayar karena isi survei atau menonton konten edukatif, maka itu termasuk penghasilan yang sah dan diperbolehkan.
Salah satu jenis aplikasi yang sering jadi kontroversi adalah aplikasi dengan sistem referral. Banyak yang menganggap sistem ini mirip dengan MLM atau money game. Padahal, jika sistemnya hanya mengajak orang lain untuk pakai aplikasi, dan penghasilan kamu tetap bergantung dari jumlah misi atau tugas yang kamu selesaikan sendiri, maka itu masih termasuk halal.
Namun jika sistemnya mengharuskan kamu membayar terlebih dahulu untuk bisa ikut, lalu mendapatkan uang dari orang yang kamu rekrut, maka itu mendekati skema Ponzi dan dilarang dalam Islam. Oleh karena itu, penting sekali baca syarat dan ketentuan aplikasi sebelum memutuskan bergabung.
Aplikasi yang memberikan hadiah berupa pinjaman uang dengan bunga, investasi tanpa kejelasan, atau permainan berhadiah uang tunai tapi berdasarkan keberuntungan murni (seperti spin wheel berbayar) cenderung masuk kategori haram. Ini karena unsur gharar dan maysir (judi) sangat kuat dalam sistemnya.
Sebagai contoh, aplikasi game yang hanya mengandalkan keberuntungan tanpa keahlian, dan kamu harus top up untuk ikut serta, maka sangat mungkin itu tergolong judi. Penghasilan dari aktivitas seperti ini jelas tidak bisa dianggap halal.
Berikut beberapa tips untuk memilih aplikasi penghasil uang yang aman secara syariat:
Jadi, menjawab pertanyaan aplikasi penghasil uang apakah halal, jawabannya: bisa halal, bisa juga haram. Semua tergantung dari sistem kerja, sumber pemasukan, dan cara kamu menggunakan aplikasi tersebut. Jika aplikasinya membayar dari aktivitas yang halal, seperti menonton video edukatif, mengisi survei, membaca berita, maka penghasilannya bisa dianggap sah dan halal.
Namun jika aplikasinya mengandung unsur penipuan, judi, riba, atau memaksa pengguna untuk membayar tanpa kejelasan layanan, maka kamu sebaiknya menjauhi agar tidak terjebak dalam transaksi yang tidak berkah. Ingat, dalam Islam, bukan hanya hasilnya yang penting, tapi juga prosesnya.
Apakah semua aplikasi penghasil uang halal digunakan?
Tidak semua. Hanya aplikasi dengan model bisnis yang jelas dan bebas dari unsur haram yang bisa digunakan.
Apa hukum aplikasi yang mengandung sistem referral?
Jika sistem referralnya tidak merugikan dan tanpa kewajiban bayar di awal, maka halal.
Bagaimana cara mengetahui aplikasi mengandung riba atau tidak?
Lihat apakah ada sistem pinjaman berbunga atau top up saldo yang tidak masuk akal.
Apa contoh aplikasi halal untuk penghasil uang?
Aplikasi seperti Google Opinion Rewards, Cashzine, dan PopSlide bisa jadi contoh.
Jika aplikasi ada iklan judi, apa tetap halal penghasilannya?
Jika kamu tidak bisa mengontrol jenis iklannya, maka sebaiknya tinggalkan aplikasi tersebut.
Banyak orang yang ingin memulai bisnis online sering bingung memilih antara menjadi reseller atau menjalankan…
Pinjaman online kini menjadi solusi praktis bagi banyak orang yang membutuhkan dana cepat tanpa ribet.…
Banyak orang mungkin mengira bermain game di ponsel hanya untuk hiburan, namun kini cara menghasilkan…
Bagi banyak orang, mencari cara fleksibel untuk mendapatkan penghasilan tambahan adalah hal yang menarik, apalagi…
Banyak orang mencari cara untuk meningkatkan penghasilan harian, dan aplikasi penghasil uang cara dapat uang…
Di tengah maraknya peluang kerja online, aplikasi Earn App penghasil uang menjadi salah satu solusi…